Rabu, 11 Maret 2015

makalah Pengantar dan Gejala Jiwa by. najhalie miss kitty

MAKALAH
‘’PENGANTAR DAN GEJALA JIWA’’
Diajukan Untuk Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen pengampu: Lela Nurlela, M.pd.

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/0/00/Logo_UNU_Cirebon.jpg
DISUSUN  OLEH:
Nurjanah
NIM: 050113.1031
FKIP  PGSD  Semester 3 (A)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pengantar dan Gejala Jiwa untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Makalah pengantar dan gejala jiwa ini berisikan tentang pengertian psikologi secara umum dan secara khusus, bentuk-bentuk gejala jiwa seperti gejala kognitif, afektif dan psikomotorik dan yang terakhir gajala jiwa dalam pendidikan seperti pengindraan, sensasi, persepsi, ingatan, intelegensi, emosi, berfikir, memori dan motivasi.
Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu saya dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.


Cirebon, januari 2015










DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
LATAR BELAKANG MASALAH................................................................... 1
RUMUSAN MASALAH.................................................................................... 1
TUJUAN.............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
1. PENGANTAR PSIKOLOGI...................................................................... 2
2. BENTUK-BENTUK GEJALA JIWA........................................................ 3
3. GEJALA JIWA DALAM PENDIDIKAN............................................... 15
BAB III PENUTUP............................................................................................. 30
A. KESIMPULAN ....................................................................................... 30
B. SARAN..................................................................................................... 30
DAFTAR PUSAKA............................................................................................ 31










BAB I
PENDAHULUAN
a.   Latar Belakang
Ditinjau dari asal katanya, psikologi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa, dan Ligos yang berarti ilmu.Jadi secara istilah, psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Tetapi dalam sejarah perkembangannya , kemudian arti psikologi menjadi ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Ini di sebabkan karena jiwa yang mengandung arti yang abstrak itu sukar untuk di pelajari secara objektif.Kecuali itu, keadaan jiwa seseorang melatarbelakangi timbulnya hampir setiap tingkah laku.Beragamnya pendapat para ahli psikologi tentang pengertian dari psikologi, sehingga bisa di simpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan perbuatan individu dimana individu tersebut tidak dapat di lepaskan dari lingkungannya


b. Rumusan Masalah
1)      Apa yang dimaksud dangan psikologi?
2)      Apa yang dimaksud dengan gejala jiwa?
3)      Apa Bentuk-bentuk   dalam gejala jiwa?
4)      Apa saja bentuk-bentuk gejala jiwa dalam pendidikan?


c.Tujuan
1)      Agar mengetahui tentang psikologi.
2)      Agar mengetahui tentang bentuk-bentuk dari gejala jiwa.
3)      Agar mengetahui tentang gejala jiwa dalam pendidikan
4)      Agar mengetahui bentuk-bentuk gejala psikologi siswa dalam belajar
5)      Dan manfaat mempelajari psikologi.


BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGANTAR PSIKOLOGI
Pengertian Psikologi
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Ilmu psikologi adalah suatu ilmu yang digunakan untuk mempelajari tentang JIWA, baik mengenai macam, gejala, proses, maupun latar belakang. Psikologi juga mempelajari tentang perbedaan Nyawa dan Jiwa. Nyawa adalah daya jasmani yang adanya tergantung pada hidup jasmaniah dan menimbulkan hidup badaniah (behavior), Perilaku yaitu perbuatan yang ditimbulkan karena proses belajar. Jiwa adalah daya hidup rokhaniah yang bersifat abstrak, menjadi penggerak dan pengatur bagi perbuatan manusia (personal behavior).
Pengertian Psikologi secara umum adalah : psikologi mempelajari gejala jiwa manusia yang normal dewasa dan beradab. Sedangkan Pengertian Psikologi secara Khusus adalah : psikologi mempelajari sifat khusus dari gejala jiwa manusia (mis: anak, perkembangan, criminal, psikopathologi, psikologi kepribadian), psikologi masa. Dengan cara: Description (menggambarkan), Explanation (penjelasan) prediction (meramalkan) controling (pengontrolan/pengendalian) sedang yang menjadi obyek dalam psikologi adalah jiwa.
Disini akan saya tuliskan beberapa definisi dari para ahli psikolog :
  1.  Psikologi menyelidiki berbagai panca indra, pengalaman, perasaan, pikiran dan kehendak (W. Wundt,1892)
  2.  Psikologi mempelajari semua kesadaran, baik normal maupun abnormal (James Angell, 1910)
  3. Psikologi adalah ilmu mental termasuk fenomena yang sering kita sebut sebagai perasaan, keinginan, kognisi, pikiran, keputusan dsb (William James, 1980)
  4. Psikologi merupakan analisis ilmiah mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahami perilaku manusia (Richard Mayer, 1981)
  5. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakekat manusia (Edwin G. Boring dan Herbert S.Langefeld)
  6. Ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya (Garden Murphy)

B.BENTUK-BENTUK GEJALA JIWA
Ø  Gejala  Kognitif
Istilah cognitive berasal  dari  kata cognition yang  padanan  katanya knowing,  berarti  mengetahui.  Dalam  arti  luas,  cognition  (kognisi)  ialah perolehan,  penataan,  dan  penggunaan  pengetahuan.  Dalam  perkembangan selanjutnya,  istilah  kognitif  menjadi  populer  sebagai  salah  satu  domain  atau wilayah/ ranah psikologis manusia  yang meliputi setiap peilaku mental  yang berhubungan  dengan  pemahaman,  pertimbangan,  pengolahan  informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan.
1.      Pengindraan
2.      Persepsi
3.      Memori
4.      Berfikir
5.      Intelegensi


Ø  Gejala Afektif
adalah unsur kejiwaan dari sisi emosi atau rasa.  Rasa dapat dibedakan kepada rasa fisik  yang berhubungan erat dengan alat dria seperti rasa asin dan rasa psikis yang lebih berupa rasa dalam seperti emosi, sikap, dan moral.

Ø  Gejala psikomotorik / gejala kehendakan
Keadaan dalam pribadi manusia yang mendorong untuk berbuat sesuatu yang mereka kehendaki.
         1.         Gangguan Psikomotor
Gangguan psikomotor dapat berupa kelambanan atau peningkatan aktivitas atau gangguan lainnya sebagaimana tersebut dibawah ini:
a.   Kelambatan aktivitas terjadi dimana secara umum gerakan dan reaksi motorik terhadap suatu rangsangan menjadi lambat, kelambatan aktivitas antara lain:
·         Hipokinesia/hipoaktivitas yaitu gerakan atau aktivitas yang berkurang/menurun.
·         Sub/stupor katatonik yaitu reaksi terhadap lingkungan sangat kurang, gerakan dan aktivitas sangat lambat.
·         Katalepsi yaitu mempertahankan posisi badan secara kaku dan posisi tertentu.
·         Fleksibilitas serea yaitu mempertahankan posisi badan yang dibuat orang lain atau meniru posisi orang lain.
b.  Peningkatan aktivitas terjadi dimana secara umum gerakan dan reaksi motorik terhadap rangsangan menjadi lebih cepat/meningkat, peningkatan aktivitas seperti:
·         Hiperkinesia/hiperaktivitas yaitu gerakan atau aktivitas yang berlebihan.
·         Gaduh-gelisah katatonik yaitu gerakan motorik yang meningkat, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar dan menunjukkan kegelisahan.
c. TIK/TIC yaitu gerakan kecil involunter/tidak terkontrol, sekejap dan berkali-kali mengenai sekelompok otot atau bagian badan yang relatif kecil (otot muka).
d. Grimasen yaitu gerakan otot muka/mimic yang aneh berubah-ubah, tidak dapat dikontrol klien sendiri dan berulangh-ulang.
e. Tremor yaitu jari-jari gemetar ketika klien menjulurkan tangan/merentangkan jari-jarinya.
f. Stereotipe yaitu gerakan salah satu anggota badan yang berulang-ulang dan tidak bertujuan.
g. Mennerisme/pelagakan ayitu gerakan atau lagak yang stereotipi, teatrikal dan dibuat-buat seperti pada suatu pertunjukkan.
h. Ekhopraxia yaitu meniru gerakan orang lain pada saat dilihatnya secara langsung.
i. Echolalia yaitu mengulangi/meniru gerakan dari apa yang diucapkan oleh orang lain secara langsung.
j. Otomatisme yaitu berbuat sesuatu secara ototmatis sebagai pernyataan atau skspresi simbolik daripada aktivitas yang tidak disadarinya.
k. Otomatisme perintah (commond automatism) yaitu menuruti sebuah perintah secara otomatis tanpa memikirkan terlebih dahulu,
l. Negativisme yaitu menentang nasihat atau permintaan orang lain untuk beraktivitas atau melakukan aktivitas yang berlawanan.
m.  Katapleksi yaitu tonus otot menghilang mendadak untuk beraktivitas dan sejenak, diikuti atau tidak diikuti oleh penurunan kesadaran yang disebabkan oleh keadaan emosi.
n. Gagap yaitu berbicara terhenti-henti/tersendat-sendat karena adanya spasme otot-otot untuk berbicvara seperti terlihat sangat ragu-ragu sampai eksplosif (terucap).
o. Bersikap aneh yaitu sengaja mengambil sikap/posisi badan yang aneh, tidak wajar atau cenderung bizar (berlebihan).
p. Berjalan kaku/rigid yaitu gerakan-gerakan lambat, kaku, tidak tegap dan terputus-putus.
q.    Komulsif yaitu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang (pre-okupasi) seperti berulangkali mencuci tangan, muka atau mandi, karena adanya dorongan yang mencesaknya agar berbuat sesuatu yang bertentangan dengan keinginan sehari-hari, kebiasaan atau norma-norma yang berlaku. Macam-macam kompulsif sebagai berikut:
·         Dispsomania yaitu kegiatan berulang/preokupasi karena ada dorongan untuk meminum air.
·         Egomania yaitu kegiatan berulang/preokupasi karena ada dorongan pada dirinya.
·         Erotamania yaitu kegiatan berulang/preokupasi karena ada dorongan dengan hal seksual.
·         Kleptomania yaitu kegiatan berulang karena ada dorongan untuk mencuri.
·         Megalomania yaitu kegiatan berulang karena ada dorongan untuk mencari kekuasaan.
·         Monomania yaitu kegiatan berulang/preokupasi karena ada dorongan dengan satu subjek.
·         Himfomania yaitu kegiatan berulang karena ada dorongan untuk bersenggama dengan wanita.
·         Satiriasi yaitu kegiatan berulang karena ada dorongan untuk bersenggama dengan pria.
·         Trikhotilomania yaitu kegiatan berulang karena ada dorongan untuk mencabut rambutnya.
·         Ritualistic yaitu kegiatan berulang karena ada dorongan untuk bertinkah laku/melakukan upacara-upacara ritual.
Gangguan somatomotorik pada reaksi konvensi yaitu:
melakukan perilaku sebagai symbol adanya konflik emosional dapat berupa sebagai berikut:
·         Kelumpuhan
·         Pergerakan abnormal seperti tremor, TIK, kejang, ataxia.
·         Atasia-abasia yaitu tidak dapat duduk, berdiri atau berjalan.

         2.         AGITASI
Agitasi (keresahan atau kegelisahan) adalah suatu bentuk gangguan yang menunjukkan aktivitas motorik berlebihan dan tak bertujuan atau kelelahan, biasanya dihubungkan dengan keadaan tegang dan ansietas. Pada beberapa literatur dikatakan bahwa agitasi adalah gangguan psikomotor yang memiliki karakterisasi peningkatan aktivitas motor dan psikologi pada pasien (adanya irritabilitas). Adanya gerakan berjalan bolak-balik dalam satu ruang tanpa alasan, gerakan memeras-meras tangan, melepas baju dan memakainya lagi dalam kondisi terbalik, dan tindakan motorik dan tak beralasan lainnya. Pada keadaan yang parah, gerakan yang ditimbulkan bisa membahayakan orang lain, seperti merobek-robek, menggigit kuku jari dan menggigit bibir sendiri yang menimbulkan potensi pendarahan akibat trauma. Agitasi psikomotor ini merupakan tipikal symptom yang dapat dijumpai pada kelainan depresi mayor atau kelainan obsesi dan terkadang dijumpain pada gangguan bipolar, meskipun kelainan ini merupakan akibat dari kelebihan stimulus yang diterima. Usia pertengahan (dekade ke 2 dan 3) dan usia tua merupakan usia yang penuh dengan resiko terjadinya kelainan ini.
             Gejala ini bisa saja timbul sendiri atau disertai oleh kelainan mental lainnya seperti ansietas berat dan delirium. Kebanyakan agitasi merupakan tanda dari disfungsi otak atau insufisiensi serebral akut. Keadaan ini banyak dijumpai pada kasus gawat darurat, biasanya pada orang dewasa, dan disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya bisa karena suatu penyakit (gangguan metabolik, sepsis-assocated enselopathy, pengobatan) dan faktor eksternal (keributan, ketidaknyamanan, rasa sakit). Agitasi merupakan masalah yang gawat dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang cukup besar (dihubungkan penyebab gangguan metabolik). Adanya gejala penyerta yang biasanya menyertai gejala ini seperti delirium memperburuk prognosis pasien. Agitasi bisa disebabkan oleh berbagai penyebab diantaranya akibat efek samping penggunaan obat antipsikotik.

Etiologi
Berikut merupakan penyebab dari agitasi :
Meminum alcohol lebih dari 15 gelas (5/hari) per minggu untuk laki-laki dan wanita sebanyak 8 gelas. (4/hari). Alkohol yang mengandung bahan toxic merusak sistem saraf dan mengakibatkan agitasi berat.
·         Kelebihan alcohol
·         Kaffein
·         Kokain, obat halusinasi, ephedrine
·         Ketergantungan kokain
·         Hyperthyroidism 
·         Nicotine withdrawal 
·         Opiate withdrawal 
·         Theophylline atau pengobatan lainnya
·          efek neurologisà• Defisiensi vitamin B6
Pada beberapa kasus, mekanisme pasti penyebab masalah mental ini belum memiliki karakteristik, kecuali yang berhubungan dengan penyebab metabolik seperti adanya tanda hipoglikemia atau hypoxemia yang memiliki dasar penyebab organik. Pada pemeriksaan EEG, terlihat abnormalitas pada otak yang mengarah pada disfungsi neurologi difus.

Gejala penyerta agitasi akut
 
Disamping agitasi, beberapa gangguan mental dapat kita observasi, seperti ansietas dan delirium. Sampai sekarang belum diketahui bagaimana pola variasi disfungsi otak dapat menimbulkan perbedaan gangguan mental antara satu pasien dengan pasien lainnya. Beberapa pasien hanya menunjukkan agitasi, sedangkan yang lain bisa disertai dengan dua gejala penyerta. Delirium (kebingungan), ansietas, hiperaktivitas yang ekstrim, dan memusuhi orang lain bisa berupa gejala penyerta pada agitasi yang ekstrim.
Agitasi bisa datang secara tiba-tiba atau pada waktu tertentu. Gejala ini bisa berakhir dalam beberapa menit, beberapa minggu dan bahkan berbulan-bulan. Rasa nyeri atau sakit, stress, dan demam bisa meningkatkan gejala agitasi. Perlu diingat bahwa agitasi sendiri bukan merupakan tanda dari masalah kesehatan. Meskipun begitu, jika ada suatu symptom lain terjadi, agitasi bisa menjadi tanda (sign ) dari penyakit tersebut. Ketika agitasi mengakibatkan perubahan kesadaran dan kewaspadaan dalam berberapa jam, para dokter menyebutkan itu adalah delirium (harus dirawat). Penyebab umumnya berupa penyalahgunaan alcohol dan infeksi (biasanya pada orang tua).
Agitasi biasanya berkaitan dengan timbulnya gejala berikut:
a. Bipolar disorder
            Gangguan ini biasanya terjadi pada usia 15-25 tahun. Gangguan ini ditandai dengan mood atau kondisi yang bergairah yang tiba-tiba bisa menjadi depresi. Perubahan mood diantara keduanya bisa berlangsung sangat cepat pada satu pembicaraan. Penyebab utamanya adalah gangguan pada bagian otak pengatur mood.
b. Dementia (seperti Alzheimer's disease)
            Penyakit ini biasanya mengenai umur 60 tahun. Alzheimer merupakan salah satu kondisi demensia yang cepat memburuk secara gradual. Penyebabnya adanya gangguan pada memori, berpikir, dan tingkah laku. Kehilangan memori seperti masalah lupa pada bahasa sendiri, ketidakmampuan memutuskan sesuatu, adil dan bekripribadian merupakan bagian dari diagnosisnya.
c. Depresi
            Gangguan yang ditandai dengan perasaan sedih, tidak senang, merasa bersalah, dan menyendiri. Gejala ini biasanya timbul dalam waktu relatif singkat. Agitasi merupakan salah satu symptom dari gejala depresi yang biasanya disebabkan stress dan lingkungan yang tidak menyenangkan. Simptom dari depresi adalah;
·         Masalah pada tidur atau kelebihan tidur
·         Perubahan nafsu makan yang dramatis, sering disertai dengan penurunan berat badan
·         Kelelahan dan kurang energi
·         Merasa dirinya tidak beharga, membenci diri sendiri, dan menyalahkan diri sendiri yang tidak sesuai keadaan sebenarnya
·         Masalah konsenstrasi yang ekstrim
·         Agitasi, irritability, dan gelisah
·         Tidak mau beraktivitas dan berdiam diri
·         Berputus asa 
·         Perasaan ingin mati dan bunuh diri

Tipe-tipe dari depresi diantaranya : 
·         Major depression bila lima atau lebih symptom diatas selama 2 minggu sedangkan jika hanya 2-4 yang muncul maka disebut minor depression.
·         Atypical depression berlangsung pada 1/3 pasien dengan symptom oversleeping dan makan terlalu banyak.
·         Dysthymia – berlangsung selama 2 tahun
d.      Ansietas
Ansietas adalah sensasi takut difus, yang tidak berkaitan dengan bahaya yang sebenarnya. Sensasi ini sering timbul pada pasien akibat situasi stress seperti nyeri, ribut, dan kehilangan kontrol tubuh. Ansietas bisa dianggap sebagai fenomena normal pada pasien. Akan tetapi, kejadian ansietas yang terlihat tidak proposional dengan penyebabnya atau berlebihan dapat dianggap ansietas yang patologis. Ansietas dapat juga dikaitkan dengan gejala pemberat, dysautonomia atau kehilangan kontrol diri yang berat. Pasien tersebut relatif susah untuk diobati diakibatkan pasien inkooperatif.

e. Delirium
            Delirium adalah perubahan akut pada status mental, atau fluktuasi mood, yang dihubungkan dengan pemikiran yang tidak terorganisasi, bingung, dan perubahan level dari kesadaran. Fenomena ini sering dihubungkan dengan kebingungan akut dan gejala yang banyak ditemui di ICU berupa kondisi akut. Terjadi perubahan kognitif yang bervariasi dari hari kehari dan mencapai puncaknya pada saat malam hari. Symptom ini biasanya bersifat reversible yang berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu meskipun pada beberapa pasien dapat terjadi kegagalan otak permanen. Ilusi dan halusinasi juga terjadi pada pasien. Florid delirium dengan agitasi yang parah pada pasien delirium aktif sangat mudah diidentifikasi. Akan tetapi, delirium dapat menampakkan gejala diam dan tenang (delirium hipoaktif). Keduannya hampir sama frekuensi ditemukannya pada ICU.

Neurofisiologi
            Masih terdapat banyak perdebatan mengenai peningkatan aktivitas dopaminergik yang diikuti dengan deplesi neurotransmitter kolinergik. Beberapa obat memiliki kemampuan antikolinergik dan pada kondisi klinis dapat dijumpai delirium pada penggunaan obat tersebut, seperti obat antiaritmia, antibiotik (penicillin, rimfampin). Maka dari itu, pada pasien yang mengalami agitasi, terutama yang disertai dengan delirium penggunaan obatnya perlu dimonitor. Yang menarik, pusat inflamasi juga terpicu pada perangsangan sistem saraf. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi antara jejas pada sistem saraf dan inflammatory pathway. Jalur inflamasi semakin memperparah jejas pada neuronal yang meningkatkan disfungsi neuronal (peran immunomodulasi). Selain itu, terdapat peran dopaminserotonin, dan GABA.

V. Diagnosis dan DD
a. Psikosis akut
b. Skizoprenia
            Kelainan mental pada pasien yang tidak bisa membedakan antara pengalaman yang nyata atau tidak nyata, tidak bisa berpikit logik, tidak memiliki respon emosi yang normal, dan tidak bisa berprilaku normal pada situasi sosial. Agitasi merupakan gejala dari skizoprenia. Kelainan ini biasanya mengenai usia kurang dari 45 tahun. Berbagai penyebab yang dapat mengakibatkan kelainan ini, berupa infeksi dalam rahim yang mengenai daerah otak yang mengolah informasi terutama korteks serebri. Faktor genetik bisa juga menjadi penyebab. Demikian juga dengan faktor psikologis dan sosial yang bisa mempengaruhi tingkat keparahan dan menghindari kejadian schizophrenia berulang.
Banyak symptom yang menyertai penyakit ini dan berjalan lambat dalam beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Gejala pyscotic mulai tampak pada perjalanan penyakit seperti afek datar, catatonik, delusi, halusinasi, dan masalah berpikir (seperti melihat dan berpikir ada bayangan-bayangan gaib). Berikut beberapa tipe berserta dengan gejala yang timbul :
- Tipe katatonik ditandai dengan 
·         Agitasi
·         Penurunan kesensitivan terhadap nyeri
·         Tidak bisa mengurus diri sendiri
·         Perasaan negatif
·         Gangguan motorik
·         Otot mengalami rigiditas
·         Stupor


-Tipe paranoid
·         Marah
·         Kecemasan
·         Kurang bisa mengutarakan pikirannya
·         Delusi adanya penyiksaan diri sendiri dan pada laki-laki merasa hebat

- Disorganized type:
·         Tingkah laku seperti ini deh (child-like Child-like (regressive) behavior
·         Delusi
·         Flat affect
·         Halusinasi
·         Tertawa tidak pada tempatnya
·         Social withdrawal
Untuk keperluan diagnosis yang diperlukan dapat berupa :
            Untuk melihat apakah agitasi disebabkan oleh infeksi atau tidak dan melihat keseimbangan sel imun (apakah ada reaksi inflamasi) pada pasien.
à• Pemeriksaan hitung sel darah  melihat apakah terdapat trauma yang menekan serebri, apakah ada infeksi pada otak, mengevaluasi gangguan berpikir dan tingkah laku, dan tumor.à• CT scan kepala,X-ray tenggkorak, dan MRI kepala (jika perlu) untuk melihat apakah ada infeksi (cairan keruh), gangguan neurologis, dan evaluasi kerusakan otak atau spinal.à• Lumbar puncture or spinal tap
• Tanda vital (temperature, denyut, pernapasan, dan tekanan darah)

c. Penyalahgunaan Narkoba
            Agitasi juga bisa disebabkan oleh penyalahgunaan obat narkotika melalui efeknya terhadap neuronal.

d. Psikosis organik
            Adanya kelainan metabolik seperti hiperglikemia dan hypoxemia.



Komplikasi
a. Confusion (kebingungan)
            Ketidakmampuan berpikir dengan kecepatan normal, termasuk memiliki disorientasi pikiran dan susah untuk mengingat, berkonsentrasi, dan membuat keputusan yang bisa berlangsung cepat ataupun lambat tergantung dari penyebab. Kebanyakan bersifat temporer sedangkan beberapa permanen dan tidak bisa disembuhkan. Biasanya terjadi pada usia menengah sampai tua dan sering menunjukkan agresivitas.
b. Hiperaktivitas
            Adanya gerakan berulang-ulang dan terjadi peningkatan gerakan motorik yang sangat berlebihan.
c. Merasa dimusuhi
            Merasa orang lain bertindak jahat pada pasien dan selalu berpikir negatif terhadap seseorang.

Tata laksana
            Masih banyak yang harus diketahui mengenai pencegahan maupun terapi bagi agitasi. Pertama, tidak diketahui apakah waktu terdeteksi dan terapi pada kondisi pasien bisa mempengaruhi kesehatan pasien selanjutnya. Indikasi dan tipe terapi tergantung pada apakah kelainan agitasi yang disertai delirium ini yang menyebabkan kerusakan pada otak (otak sebagai korban pasif dari kelainan organ lain) atau kelainan pada otak (otak sebagai pemicu aktif) yang menyebabkan disfungsi organ ekstraserebral. Kedua pertanyaan itu penting untuk menentukan tindakan terapi. Ada dua tata laksana bisa dilakukan di rumah dan dirumah sakit.
a. Home care
            Lingkungan yang tenang, cukup penerangan, tidur yang berkualitas, dan pengurangan stress dapat mengurangi gejala-gejala agitasi. Jangan menahan kemauan pasien agitasi secara berlebihan karena dapat meperburuk keadaannya, misalnya jika ia ingin bergerak berlari, biarkan saja asalkan itu masih dalam batas-batas wajar (tidak ingin terjun). Selain itu, dalam menghadapi pasien agitasi bertindaklah secara bijak dan wajar karena dengan bersikap demikian pasien akan mudah mengungkapkan perasaanya, memperbaiki mood dan keparahan agitasi.
b. Rumah sakit
            Dokter biasanya akan menanyakan beberapa pertanyaan anamnesis dan melakukan pemeriksaan fisik. Beberapa tipe pertanyaan. 

• Tipe
o Apakah anda banyak berbicara akhir-akhir ini
o Apakah anda merasa pernah melakukan sesuatu yang tidak bertujuan (seperti memijit dan melangkah bolak balik)?
o Apakah kamu pernah merasa gelisah yang tak wajar?

• Waktu
o Apakah agitasi berlangsung singkat atau lama?? jika lama, berapa hari?
• Faktor yang mempengaruhi atau memperburuk
o Apakah trauma mempengaruhi?? atau ada kejadian yang diingat bisa memicu agitasi?
o Apakah sedang menerima pengobatan steroid atau obat tiroid?
o Banyaknya alcohol yang diminum?
o Banyaknya konsumsi caffeine?
o Apakah menggunakan obat-obatan narkotika?

• Other
o Simptom apa lagi yang mungkin muncul?
o Apakah ada rasa bingung, hilang ingatan, hiperaktivitas, atau merasa dimusuhi?





C. GEJALA JIWA DALAM PENDIDIKAN
A.    Gejala Psikologi
Setiap orang mempunyai sisi psikologis dimana sisi ini berdampak pada hal-hal tindakannya. Atau bisa disebut gejala jiwa.  Dalam pendidikan pun gejala jiwa manusia yang mendasar banyak muncul. Gejala jiwa tersebut akan mempengaruhi berbagai perilaku  manusia, baik perilaku pendidik maupun perilaku peserta didik atau siswa. Dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana gejala jiwa tersebut mempengaruhi kemampuan belajar siswa. Gejala jiwa yang ada pada diri manusia sangat mempengaruhi perilakunya. Tidak terlepas dalam dunia pendidikan yaitu pada pendidik maupun peserta didik (dalam tulisan ini hanya membahas peserta didik). Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa, Gejala Psikologi yaitu proses perubahan perilaku manusia dalam kehidupannya.
B.     Bentuk-bentuk Gejala Psikologi Siswa Dalam Belajar
Dalam psikologi terdapat berbagai gejala-gejala yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa, diantaranya yang akan kita bahas yaitu:
1) Pengindraan/sensasi dan persepsi;
2) Memori, ingatan, dan lupa;
 3) Berfikir;
 4) Intelegensi;
5) gejala perasaan (emosi);
 6) Motivasi.
1.  Pengindraan/sensasi dan persepsi
a. Pengindraan                       
Kemampuan otak untuk menerjemahkan stimulus seorang anak satu sama lain berbeda-beda, tidak semua stimulus dapat diindra. Begitu pelajaran yang disampaikan guru tidak semua bisa ditangkap oleh siswa, persepsi pun akan berlainan.  Hal ini juga mempengaruhi kemampuan belajar.
Definisi penginderaan (sensation) menurut Wundt adalah penangkapan terhadap rangsang-rangsang dari luar dan dapat dianalisa sampai elemen-elemen yang terkecil. Penginderaan meliputi  :
·        Penglihatan
Alat penglihatan utama adalah mata. Rangsang berupa gelombang cahaya masuk ke dalam bola mata melalui bagian-bagian mata. Prosesnya cahaya masuk ke retina diteruskan berupa impuls menuju ke syaraf (otak) sehingga  objek dapat terlihat.
·        Pendengaran
Alat pendengaran utama adalah telinga. Rangsang berupa gelombang suara masuk ke dalam telinga melalui bagian-bagian alat pendengaran.Gelombang suara merambat melalui 3 media, yaitu udara, benda padat/tulang, cairan/endolymphe. Bila seseorang tidak dapat mendengar, maka ada kemungkinan kerusakan pada pusat pendengaran yang menyebabkan gangguan fungsi intelek atau pada salah satu alat tempat berjalannya/penerus rangsang (conductive deafness) yang tidak ada hubungannya dengan fungsi intelek.
·        Pengecap
Alat pengecap utama adalah lidah. Rangsang berupa larutan cairan melalui lidah (lingua) dan rongga mulut (cavumroris). Prosesnya adalah larutan/cairan diterima lidah masuk ke rongga mulut diteruskan nervus ke-9 menuju gyrus centralis posterior (pusat sensibilitas di kulit otak). Reseptor pada lidah ada 4 jenis penerima rangsang, yaitu : rasa manis, pahit, asin dan asam.
·        Pembau
Alat pembau utama adalah hidung.  Rangsang berupa hawa/udara/bau melalui udara menuju ke reseptor yang ada di rongga hidung (cavum nasalis). Prosesnya adalah bau diterima oleh rongga hidung diteruskan oleh nervus ke-1 (saraf pembau) menuju gyrus centralis posterior (pusat sensibilitas di kulit otak).
·        Perabaan
Alat perabaan utama adalah kulit. Rangsang yang diterima tubuh manusia dapat berupa rangsang : mekanis, thermis, chemis, elektris, suara, cahaya. Perabaan adalah ransang mekanis ringan pada bagian permukaan tubuh, khususnya yang tidak berambut seperti telapak kaki, bibir,dll. Reseptornya adalah corpuscula meissner dan corpuscula pacini.
b. Persepsi
Persepsi adalah sebuah proses saat ataupun kimiawi yang mengenai alat indra. individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.
Definisi persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi menurut Davidoff dalam Walgito (1997) : stimulus yang diindera oleh individu diorganisasikan, kemudian diinterpretasikan sehingga individu sadar, mengerti tentang apa yang diinderakan. Individu dapat mengadakan persepsi, jika adanya objek, alat indera (reseptor), dan  perhatian. Contoh persepsi misalnya meja yang terasa kasar, yang berarti sebuah sensasi dari rabaan terhadap meja.
2. Memori, ingatan, dan lupa
Setiap hari kita memilki banyak aktivitas, berbagai informasi kita peroleh setiap harinya. Untuk memunculkan kembali informasi-informasi tersebut terkait dengan kerja memori atau otak. Dalam kenyataan, kemampuan otak manusia berbeda-beda. Siswapun seperti itu. Kemampuan otak untuk memasukkan, menyimpan,  memunculkan kembali informasi yang didapatkan (pelajaran misalnya) mempengaruhi kemampuan belajar si anak tersebut.
2.      Memori
Memori merupakan simpanan informasi - informasi yang diperoleh dan diserap dari lingkungan yang kemudian diolah sesuai dengan individu yang bersangkutan. Memory juga merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali. Pada dasarnya juga memory adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Memory memberi manusia kemampuan mengingat masa lalu, dan perkiraan pada masa depan. Memory merupakan kumpulan reaksi elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Memory yang sifatnya dinamis ini terus berubah dan berkembang sejalan dengan bertambahnya informasi yang disimpan. Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:
1). Proses memori bukanlah suatu usaha yang mudah. Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu organisme dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar dari pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai informasi yang telah diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya saat ini.
2). Bahan-bahan yang akan diingat harus berhubungan. Memori sangat dibantu bila informasi yang dipelajari mempunyai kaitan dengan hal-hasl yang sudah dikenal sebelumnya. Konteks dapat berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu, perasaan tertentu dan lain-lain. Konteks ini memberikan retrievel cues atau karena itu mempermudah recognition.
3). Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian informasi yang sangat dikenal adalah memori. Informasi diorganisasi sedemikian rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal) sehingga informasi yang kompleks mudah untuk diingat kembali.
Pengertian memori, tercangkup dalam 3 tahapan yaitu:
1)      memasukan pesan dalam ingatan
2)      menyimpan pesan yang sudah masuk ( storage )
3)      memunculkan kembali informasi tersebut ( retrieval )
( menurut Atteinson, dkk 1997)
Macam-macam memori
1)      memori jangka pendek
Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapatkan perhatian ditransfer ke komponen kedua dari sistem memori yaitu memori jangka pendek. Menurut Slavin (dalam Nur dkk,1998:8) dijelaskan bahwa “memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan yang dapat menyimpan informasi dalam jumlah yang terbatas hanya dalam beberapa detik”. Biasanya memori ini menyimpan informasi yang terkini yang sedang dipikirkan.
Satu cara untuk menyimpan informasi ke dalam memori jangka pendek adalah memikirkan tentang informasi itu atau mengucapkannya berkali-kali.
 Proses mempertahankan suatu informasi dalam memori jangka pendek dengan cara mengulang-ulang disebut menghafal (rehearsal). Menghafal sangat penting dalam belajar, karena semakin lama suatu butir tinggal di dalam memori jangka pendek, semakin besar kesempatan butir itu akan ditransfer ke memori jangka panjang. Tanpa pengulangan kemungkinan butir itu tidak akan tinggal di memori jangka pendek lebih dari sekitar 30 detik maka informasi itu dapat hilang akibat desakan informasi lainnya, karena memori jangka pendek mempunyai kapasitas yang terbatas yaitu 5 sampai 9 bits informasi (Miller,1956 dalam Nur dkk,1998:9) yaitu hanya bisa berpikir antara 5 sampai 9 hal yang berbeda dalam satu waktu tertentu.

2)      memori kerja
Jenis memori kedua adalah memori kerja (working memory). Memori ini dapat menyimpan informasi mulai dari beberapa menit hingga beberapa jam kemudian. Biasanya, memori Kerja berfungsi mengubah informasi, tetap menjejaki perubahan dan memperbarui memori, pemanggilan kembali informasi, membuat perbandingan, dan membagi perhatian. Dari beberapa penelitian, disebutkan bahwa terclapat korelasi besar yang cukup positif antara efisiensi memori kerja dengan kemampuan kognitif umum. Ini berarti bahwa seseorang yang memiliki memori kerja yang baik cenderung memiliki kemampuan kognitif di atas rata-rata. Kemampuan menyimpan informasi yang dilakukan oleh memori kerja memungkinkan informasi tersebut masuk ke dalam memori jangka panjang. Kemampuan memori kerja dalam menyimpan informasi sangat bergantung pada usia. Semakin berumur, semakin besar kapasitas memori kerja seseorang.

3)      memori jangka panjang
Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat menyimpan informasi untuk periode waktu yang panjang. Memori jangka panjang memiliki kapasitas yang sangat besar tempat menyimpan memori dengan jangka yang sangat panjang. Banyak ahli yakin bahwa informasi yang terdapat dalam memori jangka panjang tidak pernah dilupakan, kemungkinan hanya sekedar kehilangan kemampuan untuk menemukan kembali informasi yang tersimpan di dalam memori kita.
Blog dengan ID 33471 Tidak ada Tulvin,1972,1985 (dalam Nur dkk,1998:13) menyatakan bahwa para ahli membagi memori jangka panjang menjadi tiga bagian yaitu: memori episodik, memori semantik dan memori prosedural. Memori episodik adalah memori tentang pengalaman pribadi, suatu gambaran mental tentang sesuatu yang dilihat atau didengar. Memori semantik adalah memori jangka panjang yang berisi fakta-fakta dan generalisasi informasi yang diketahui misalnya konsep, prinsip atau aturan dan bagaimana menggunakannya dan keterampilan pemecahan masalah dan strategi belajar. Memori prosedural mengacu pada “mengetahui bagaimana” (“knowing how”) sebagai lawan dari “mengetahui apa” (“knowing that”) (Syswester,1985 dalam Nur dkk,1998:13).
Memori episodik, semantik dan prosedural berbeda dalam hal cara kerjanya dalam menyimpan dan mengorganisasikan informasi. Informasi dalam memori episodik disimpan dalam bentuk gambaran (bayangan) yang diorganisasikan berdasarkan pada kapan dan di mana peristiwa-peristiwa terjadi. Informasi dalam memori semantik diorganisasi dalam bentuk jaringan hubungan ide. Sedangkan informasi dalam memori prosedural disimpan sebagai pasangan-pasangan stimulus-response yang kompleks (Oakley,1981 dalam Nur dkk,1998:14)

a.      Ingatan
Secara sederhana, Irwanto (1999) mendefinisikan ingatan sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi di masa yang akan datang. Galotti (2004) mendefinisikan memori sebagai suatu proses kognitif yang terdiri atas serangkaian proses, yakni : penyimpanan (storage), retensi, dan  pengumpulan informasi (information gathering).
Sebagai suatu proses, memori menunjukkan suatu mekanisme dinamik yang diasosiasikan dengan penyimpanan (storing), pengambilan (retaining), dan pemanggilan kembali (retrieving) informasi mengenai pengalaman yang lalu (Bjorklund, Schneider, & Hernández Blasi, 2003; Crowder, 1976, dalam Stenberg, 2006). Santrock (2005) mendefinisikan ingatan sebagai retensi informasi yang telah diterima melalui tahap : penkodean (encoding), penyimpanan (storage), dan pemanggilan kembali (retrieval). Penelitian ini menggunakan definisi ingatan menurut Santrock, yaitu informasi-informasi yang berasal dari lingkungan dan informasi ini akan diproses melalui tahapan : penkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali sehingga informasi yang masuk tidak terbuang secara sia – sia.
b.      Lupa
3 aspek Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Jadi lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.



Faktor-faktor Penyebab Lupa :
a.       Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori.
b.      Lupa dapat terjadi pada karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini dapat terjadi karena item informasi yang berupa pengetahuan tanggapan atau kesan dan sebagainya yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya sehingga ke alam ketidaksadaran.
c.       Lupa dapat terjadi karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Andreson 1990).
d.      Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat terhadap proses dan situasi belajar tertentu
e.       Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak  pernah digunakan atau dihafalkan (Hilgard & Bower 1975
f.       Lupa dapat tejadi karena perubahan urat syaraf otak
 Contoh lupa ini sering terjadi pada siswa (kita) yang menerapkan metode belajar SKS (Sistem Kebut Semalam)  Kita belajar ngebut malam ini, memasukkan semua pelajaran dalam sekali kunyah kedalam otak. Nah,  ketika tes keesokan harinya, apa yang telah diingat dan pelajari (walaupun pelajaran minggu lalu) bisa hilang, diakibatkan dari apa yang telah kita pelajari semalam.
  1. Berfikir
Pemecahan masalah merupakan  bagian dari proses berpikir. Sering dianggap merupakan proses paling kompleks di antara semua fungsi kecerdasan,  pemecahan  masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan rutin atau dasar. Proses ini terjadi jika suatu organisme atau sistem kecerdasan buatan tidak mengetahui bagaimana untuk bergerak dari suatu kondisi awal menuju kondisi yang dituju. Berfikir kreatif sangat berperan dalam pemecahan masalah. [5]Menurut Graham Wallas (dalam Morgan, at al. 1989), proses berfikir kreatif meliputi lima tahap, yaitu Persiapan (Preparation), Inkubasi (Incubation), Iluminasi (Ilumation), Evaluasi (Evaluation), Revisi (Revision).
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut :
(1) pembentukan pengertian,
 (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan
 (3) penarikan kesimpulan.
  1. Intelegensi
Setelah kita membahas tentang berpikir, maka kaitan dengan masalah berpikir adalah inteligensi. Secara umum inteligensi adalah kesanggupan untuk berpikir. Ada beberapa pendapat tentang pengertian inteligensi.
a.       William Stern mengatakan, bahwa inteligensi adalah kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan situasi-situasi baru.
b.       V. Hees, bahwa inteligensi adalah sifat kcerdasan jiwa.
c.       Terman mengatakan, inteligensi adalah kesanggupan untuk belajar secara abstrak.
d.      Binet mengatakan bahwa  inteligensi meliputi pengertian penemuan sesuatu yang baru, ketetapan hati dan pengertian diri sendiri.
e.       Staedworth mengatakan inteligensi ada3 yaitu pengenalan sesuatu yang penting, penyusunan diri dengan situasi baru dan ingatan.
f.       Wittherington mengatakan, inteligensi adalah suatu konsep, suatu pengertian.
g.      Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
Dari berbagai definisi intelegensi yang dikemukakan oleh ahli-ahli yang berbeda-beda, para ahli sepakat memandang intelegensi sebagai kemampuan berfiki seseorang. Yaitu dalam menyesuaikan diri, belajar, atau berpikir abstrak. Intelegensi juga mempengeruhi kemampuan belajar seseorang.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
  1. Emosi
Istilah emosi menurut Daniel Goleman (1995), seorang pakar kecerdasan emosional, yang diambil dari Oxford English Dictionary memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Atau dapat kita pahami bahwa emosi itu merupakan suatu gejolak atau rasa yang terjadi dalam hati/perasaan yang terjadi karena ada suatu rangsangan yang diberikan pada saat kita dalam keadaan mental yang hebat.
Adapula yang mengatakan emosi itu adalah suatu perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
  1. Motivasi
Motivasi adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motivasi boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motivasi semacam ini sering disebut motivasi ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motivasi tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motivasi intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.
Menurut Baron (1992), Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.  Kekuatan yang memberikan energi dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Keadaan internal yang mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Berikut adalah pengertian motivasi dari berbagai perspektif dalam psikologi.
Dalam konteks belajar, motivasi intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motivasi intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motivasi-motivasi ekstrinsik. Motivasi ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.
Motivasi ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.
Ø  Jenis-jenis Motivasi
a.  Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri), motivasi yang didasarkan pada sebuah ‘nilai’ dari kegiatan yang dilakukan tanpa melihat penghargaan dari luar. Misalnya: Murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu sendiri. Ada 2 jenis motivasi intrinsik:


1)      Determinasi diri
Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Disini, motivasi internal dan minat intrinsik dalam tugas sekolah naik apabila murid punya pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka.
2)      Pilihan personal
Pengalaman optimal ini berupa perasaan senang dan bahagia yang besar. Pengalaman optimal ini kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu menguasai dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas. Pengalaman optimal ini terjadi ketika individu terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.
b.  Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi entrinsik ini sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan (reward) dan hukuman. Imbalan eksternal dapat berguna untuk mengubah perilaku. Fungsi imbalan adalah sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, di mana tujuannya adalah mengontrol perilaku murid. Contohnya : guru memberi reward permen kalau murid bisa menjawab pertanyaan dengan baik. Tetapi tentu kita juga menginginkan motivasi siswa adalah motivasi yang memang berasal dari dirinya sendiri (intrinsik), hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan hadiah yang mengandung informasi tentang kemampuan murid sehingga motivasi instrinsik dapat meningkat, kenapa? Karena dengan memberikan pujian dapat juga meningkatkan perasaan bahwa diri mereka kompeten.




BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia , baik sebagai individu maupun dalam hubungan dengan lingkungannya.adapun bentuk-bentuk gejala jiwa seperti gejala kognitif, gejala afektif dan gejala psikomotorik dan bentuk-bentuk gejala siswa dalam belajar diantaranya ada pengindraan,persepsi, memori, berfikir, intelegensi, emosi dan motivasi. Semua ini saling berhubungan satu sama lainnya.

.
B.       SARAN
Demikian makalah pengantar dan gejala jiwa ini disusun dengan bentuk yang sederhana, tentunya dengan harapan mudah di mengerti dan dipahami sebagai salah satu acuan dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran bagi mahasiswa khususnya dilingkungan jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar atau perguruan tinggi pada umumnya. Penulis menyadari bahwa isi makalah ini belum mencapai tahap kesempurnaan, oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun dan penyempurnaan isi makalah ini. Kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung tersusunya makalah pengantar dan gejala jiwa saya ucapkan terima kasih dan semoga bermanfaat bagikita semua. Amin.











DAFTAR PUSTAKA


http//.www.google.com/ pengertian psikologi.com
http//.www.google.com/ bentuk-bentuk gejala jiwa.com
http//.www.google.com/ bentuk-bentuk gejala jiwa pada siswa
http//.www.google.com/ pengertian gejala psikomotorik
http//.www.google.com/ pengertian gejala kognitif dan afektif
wir-nursing. Blogspot.com/2012/07/gangguan psikomotor.html

octavie-perjalanan panjang. blogspot.

2 komentar: